Sabtu, 27 Juni 2015

KURIKULUM & MATERI HOMESCHOOLING
Kurikulum adalah panduan untuk proses belajar anak. Sebagai awalan, saat kita hendak memulai HS, jangan bayangkan kurikulum sebagai sesuatu yang sulit. Intinya, kurikulum itu panduan. Bagaimana isi kurikulumnya, itu tergantung model HS yang dipilih.
Biasanya, model School at Home menggunakan kurikulum. Sedangkan unschooling umumnya tidak menggunakan kurikulum. Bagi yang saat ini menjalani unschooling, tak perlu kuatir. Jalani saja yang sudah dijalani saat ini. Kalau menggunakan kurikulum, memang kita akan diajarkan step by step. Mulai dari menyusun materi, rencana kegiatan, sampai pelaksanaannya. Kalau unschooling, lebih mengacu pada minat anak. Anak sedang suka atau minat terhadap apa, ya itu yang kita perkaya sumber dan referensinya. Dalam unschooling, orangtua dituntut untuk peka. Menggunakan kurikulum biasanya memang jadi lebih terstruktur. Mau mengambil kurikulum mana saja boleh. Tapi setiap pilihan pasti punya konsekuensi. Yang patut dicatat, kita sebagai pelaku HS harus punya gambaran besar lebih dulu. Anak kita mau diapakan, diarahkan kemana, mau dibentuk seperti apa, baru pilih kurikulumnya.
Di Indonesia, kurikulum hanya ada 1, yaitu kurikulum dari diknas. Sedangkan di luar negeri, kurikulum ada banyak. Ada 2 tipe kurikulum :
  1. Paket vs Per Mata Pelajaran. Untuk yang paket sudah mencakup semuanya, yaitu semua mata pelajaran, panduan, buku latihan, termasuk sistem penilaian. Karena paket, untuk yang berbayar biasanya sangat mahal. Resikonya, kita sudah beli paket kurikulum mahal, tapi ternyata tidak cocok dengan anak kita. Sedangkan untuk yang per mata pelajaran, kita bisa memilih mata pelajaran apa yang ingin kita pacu lebih cepat sesuai dengan kemampuan dan minat anak. Tantangannya, kita harus telaten mencari sumber, panduan, dan latihan soal sendiri.
  2. Offline vs Online. Untuk yang offline di Indonesia ada, seperti dari diknas. Kalau yang online, di luar negeri ada yang free semacam Lessons Pathways.
Pendekatan Kurikulum :
  1. Top – Down. Dalam pendekatan ini kita dapat terlebih dulu mempelajari gagasan, mempelajari kurikulum yang ada, baru memilih yang sesuai dengan kebutuhan kita. Pendekatan ini sejatinya ideal. Tapi tidak semua praktisi bisa menjalaninya karena membutuhkan pertimbangan yang cermat sebelum dilaksanakan. Tantangannya, biasanya karena kebanyakan teori, malah jadi bingung mau apa dulu yang dilaksanakan.
  2. Bottom – up. Pendekatan ini menekankan pada menjalani good parenting/pengasuhan yang baik terlebih dahulu, gunakan checklist tumbuh kembang anak, kemudian perluas wawasan. Pendekatan ini umumnya lebih mudah untuk dijalani semua orangtua. Tapi, tantangannya biasanya jadi bingung, “mau ngapain lagi sekarang?”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar